Monday, December 28, 2009
Monday, December 21, 2009
Reality check on car-care myths
Reality check on car-care myths
To paraphrase Mark Twain, it's not what you don't know that can come back to bite you; it's what you know for sure that ain't true. When it comes to maintaining your car, misconceptions abound. And even the best intentions can lead you to spend more money than necessary or even compromise your safety. Here are common myths that can do more harm than good:
Myth: Engine oil should be changed every 3,000 miles.
Reality: Despite what oil companies and quick-lube shops often claim, it's usually not necessary. Stick to the service intervals in your car's owner's manual. Under normal driving conditions, most vehicles are designed to go 7,500 miles or more between oil changes. Changing oil more often doesn't hurt the engine, but it can cost you a lot of extra money. Automakers often recommend 3,000-mile intervals for severe driving conditions, such as constant stop-and-go driving, frequent trailer-towing, mountainous terrain, or dusty conditions.
Myth: Inflate tires to the pressure shown on the tire's sidewall.
Reality: The pounds-per-square-inch figure on the side of the tire is the maximum pressure that the tire can safely hold, not the automaker's recommended pressure, which provides the best balance of braking, handling, gas mileage, and ride comfort. That figure is usually found on a doorjamb sticker, in the glove box, or on the fuel-filler door. Perform a monthly pressure check when tires are cold or after the car has been parked for a few hours.
Myth: If the brake fluid is low, topping it off will fix the problem.
Reality: As brake pads wear, the level in the brake-fluid reservoir drops a bit. That helps you monitor brake wear. If the fluid level drops to or below the Low mark on the reservoir, then either your brakes are worn out or fluid is leaking. Either way, get the brake system serviced immediately. You should also get a routine brake inspection when you rotate the tires, about every 6,000 to 7,000 miles.
Myth: If regular-grade fuel is good, premium must be better.
Reality: Most vehicles run just fine on regular-grade (87 octane) fuel. Using premium in these cars won't hurt, but it won't improve performance, either. A higher-octane number simply means that the fuel is less prone to pre-ignition problems, so it's often specified for hotter running, high-compression engines. So if your car is designed for 87-octane fuel, don't waste money on premium.
Myth: Flush the coolant with every oil change.
Reality: Radiator coolant doesn't need to be replaced very often. Most owner's manuals recommend changing the coolant every five years or 60,000 miles. Of course, if the level in the coolant reservoir is chronically low, check for a leak and get service as soon as possible.
Myth: After a jump-start, your car will soon recharge the battery.
Reality: It could take hours of driving to restore a battery's full charge, especially in the winter. That's because power accessories, such as heated seats, draw so much electricity that in some cars the alternator has little left over to recharge a run-down battery. A "load test" at a service station can determine whether the battery can still hold a charge. If so, some hours on a battery charger might be needed to revive the battery to its full potential.
Myth: Let your engine warm up for several minutes before driving.
Reality: That might have been good advice for yesteryear's cars but is less so today. Modern engines warm up more quickly when they're driven. And the sooner they warm up, the sooner they reach maximum efficiency and deliver the best fuel economy and performance. But don't rev the engine high over the first few miles while it's warming up.
Myth: A dealership must perform regular maintenance to keep your car's factory warranty valid.
Reality: As long as the maintenance items specified in the vehicle owner's manual are performed on schedule, the work can be done at any auto-repair shop. If you're knowledgeable, you can even do the work yourself. Just keep accurate records and receipts to back you up in case of a warranty dispute on a future repair.
Myth: Dishwashing and laundry detergents make a good car wash.
Reality: Detergent can strip off a car's wax finish. Instead, use a car-wash liquid, which is formulated to clean without removing wax.
Copyright © 2005-2009 Consumers Union of U.S., Inc.
Aku Memilihmu Karena Engkau Manusia Biasa
Aku Memilihmu Karena Engkau Manusia Biasa
Surat lamaran yang terindah
Sumber : http://alimmahdi.com
Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu? Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga jawaban duniawi (cakep atau tajir, manusiawi lah). Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di hati saya.
Hingga detik ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim.
Dia bukanlah akhwat, sama seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sulit untuk membuka diri. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.
Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli. Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu.
Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu (sok sibuk sih aslinya). Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal. Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. That’s all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.
Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya. Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol -hanya- berdua di taman rumahnya. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya.
“Aku gak bisa tidur.” Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya paham kondisinya saat ini. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik. Kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat jelas dalam keremangan lampu taman.
“Kenapa kamu memilih dia?” Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari duduknya sambil meraih HP disaku bajunya. Ia masuk dalam kamar berlahan dia membuka laci meja riasnya dan kembali ke taman lalu menyerahkan selembar amplop pada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih. Saya memandangnya tak mengerti. Eeh, dianya malah ngikik geli.
“Buka aja.” Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4, saya menebak warnanya pasti putih hehehe. Saya membaca satu kalimat di atas dideretan paling atas.
“Busyet dah nih orang.” Saya menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum. Sementara dia Cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu.
Kepada Yth
Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr Wb
Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat
ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.
Saya, yang bernama …… menginginkan anda …… untuk menjadi istri saya.
Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan. Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak.
Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.
Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa
kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya.
Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.
Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.
Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.
Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat ‘lamaran’ yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta minimalis, saya menyebutnya. Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.
“Kenapa kamu memilih dia.”
“Karena dia manusia biasa.” Dia menjawab mantap. “Dia sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari. Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku.”
“Maksudnya?”
“Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada. Iya kan? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha.”
“Ssttt.” Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau kalau kita ngobrol rahasia. Terdiam kita memasang telinga. Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kita saling berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut masing-masing. “Udah tidur sana. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin Mama.” Percakapan kita tadi masih terngiang terus ditelinga saya.
“Gik…”
“Tidur. Dah malam.” Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia tidur, agar dia terlihat cantik besok pagi. Kantuk saya hilang sudah, kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih. * * *
Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah ‘proses usaha’.
Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan ‘nama’. Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan. Ketika segala yang ‘melekat’ pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah.
Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.
Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.
Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan.
Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah. Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan.
Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.
Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Witing tresno jalaran garwo (sigaraning nyowo), kalau diterjemahkan secara bebas: “Cinta tumbuh karena suami/istri( belahan jiwa).”
Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa.
Amin..::.
(Diposting atas ijin dari artikel kiriman H.Agung RisakSoni)
Surat lamaran yang terindah
Sumber : http://alimmahdi.com
Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu? Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga jawaban duniawi (cakep atau tajir, manusiawi lah). Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di hati saya.
Hingga detik ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim.
Dia bukanlah akhwat, sama seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sulit untuk membuka diri. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.
Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli. Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu.
Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu (sok sibuk sih aslinya). Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal. Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. That’s all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.
Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya. Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol -hanya- berdua di taman rumahnya. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya.
“Aku gak bisa tidur.” Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya paham kondisinya saat ini. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik. Kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat jelas dalam keremangan lampu taman.
“Kenapa kamu memilih dia?” Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari duduknya sambil meraih HP disaku bajunya. Ia masuk dalam kamar berlahan dia membuka laci meja riasnya dan kembali ke taman lalu menyerahkan selembar amplop pada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih. Saya memandangnya tak mengerti. Eeh, dianya malah ngikik geli.
“Buka aja.” Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4, saya menebak warnanya pasti putih hehehe. Saya membaca satu kalimat di atas dideretan paling atas.
“Busyet dah nih orang.” Saya menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum. Sementara dia Cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu.
Kepada Yth
Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr Wb
Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat
ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.
Saya, yang bernama …… menginginkan anda …… untuk menjadi istri saya.
Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan. Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak.
Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.
Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa
kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya.
Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.
Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.
Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.
Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat ‘lamaran’ yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta minimalis, saya menyebutnya. Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.
“Kenapa kamu memilih dia.”
“Karena dia manusia biasa.” Dia menjawab mantap. “Dia sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari. Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku.”
“Maksudnya?”
“Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada. Iya kan? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha.”
“Ssttt.” Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau kalau kita ngobrol rahasia. Terdiam kita memasang telinga. Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kita saling berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut masing-masing. “Udah tidur sana. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin Mama.” Percakapan kita tadi masih terngiang terus ditelinga saya.
“Gik…”
“Tidur. Dah malam.” Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia tidur, agar dia terlihat cantik besok pagi. Kantuk saya hilang sudah, kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih. * * *
Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah ‘proses usaha’.
Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan ‘nama’. Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan. Ketika segala yang ‘melekat’ pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah.
Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.
Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.
Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan.
Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah. Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan.
Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.
Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Witing tresno jalaran garwo (sigaraning nyowo), kalau diterjemahkan secara bebas: “Cinta tumbuh karena suami/istri( belahan jiwa).”
Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa.
Amin..::.
(Diposting atas ijin dari artikel kiriman H.Agung RisakSoni)
Adakah pihak pengurusan mengenali setiap kakitangannya?
Adakah pihak pengurusan mengenali setiap kakitangannya?
Semasa melangkah masuk ke dalam kilangnya, Pengarah Urusan Syarikat mendapati ada seorang pemuda yang sedang bersenang-senang bersandar di dinding bangunan tanpa melakukan apa-apa kerja.
Dia menghampiri pemuda itu dan dengan tenang dia bertanya,
“Berapa banyak gaji awak dapat sebulan?”
Pemuda itu agak kehairanan kerana ditanya dengan soalan yang begitu peribadi . Dia memandang tepat ke arah lelaki yang bertali leher merah dan berkot hitam itu lalu menjawab,
“ Saya memperolehi RM 1,500 sebulan, Tuan, tetapi mengapa Tuan bertanya?”
Tanpa menjawab soalan yang diajukan oleh pemuda itu, dia mengeluarkan dompet duit dan mengeluarkan RM 4,500.00 lalu memberikan kepada pemuda berkenaan.
“Di kilang ini saya menggaji orang untuk berkerja, bukan hanya berdiri dan bersenang-senang melihat keindahan.”
“Itu gaji tiga bulan kamu, mulai sekarang kamu boleh keluar dari kilang ini dan jangan datang ke kilang ini semula.”
Pemuda itu memalingkan mukanya ke arah pintu kilang dan terus hilang dari pandangan.
Menyedari perbuatannya diperhatikan oleh ramai kakitangannya yang berada di situ, Pengurus Urusan itu memandang ke arah mereka dan dengan nada yang tegas lalu berkata,
“Apa yang saya lakukan ini akan berlaku juga pada ke semua kakitangan di kilang ini.”
Dia menghampiri salah seorang pemerhatian kejadian tadi dan bertanya,
“Siapakah pemuda yang baru saya pecat tadi? Dia dari jabatan mana?”
Dengan agak tergamam pemerhati kejadian itu menjawab.
“Pemuda itu adalah penghantar bunga dari ‘gifts shop’ berhampiran, Tuan.”
Sumber : Unknown.( alih bahasa )
Semasa melangkah masuk ke dalam kilangnya, Pengarah Urusan Syarikat mendapati ada seorang pemuda yang sedang bersenang-senang bersandar di dinding bangunan tanpa melakukan apa-apa kerja.
Dia menghampiri pemuda itu dan dengan tenang dia bertanya,
“Berapa banyak gaji awak dapat sebulan?”
Pemuda itu agak kehairanan kerana ditanya dengan soalan yang begitu peribadi . Dia memandang tepat ke arah lelaki yang bertali leher merah dan berkot hitam itu lalu menjawab,
“ Saya memperolehi RM 1,500 sebulan, Tuan, tetapi mengapa Tuan bertanya?”
Tanpa menjawab soalan yang diajukan oleh pemuda itu, dia mengeluarkan dompet duit dan mengeluarkan RM 4,500.00 lalu memberikan kepada pemuda berkenaan.
“Di kilang ini saya menggaji orang untuk berkerja, bukan hanya berdiri dan bersenang-senang melihat keindahan.”
“Itu gaji tiga bulan kamu, mulai sekarang kamu boleh keluar dari kilang ini dan jangan datang ke kilang ini semula.”
Pemuda itu memalingkan mukanya ke arah pintu kilang dan terus hilang dari pandangan.
Menyedari perbuatannya diperhatikan oleh ramai kakitangannya yang berada di situ, Pengurus Urusan itu memandang ke arah mereka dan dengan nada yang tegas lalu berkata,
“Apa yang saya lakukan ini akan berlaku juga pada ke semua kakitangan di kilang ini.”
Dia menghampiri salah seorang pemerhatian kejadian tadi dan bertanya,
“Siapakah pemuda yang baru saya pecat tadi? Dia dari jabatan mana?”
Dengan agak tergamam pemerhati kejadian itu menjawab.
“Pemuda itu adalah penghantar bunga dari ‘gifts shop’ berhampiran, Tuan.”
Sumber : Unknown.( alih bahasa )
Sunday, December 20, 2009
Renungan: bagi Suami Istri & calon Suami Istri.
Renungan: bagi Suami Istri & calon Suami Istri.
Sumber: http://alimmahdi.com
Buat para Suami & calon Suami...
Renungkanlah...Pernikahan atau perkawinan membuka tabir rahasia...
Isteri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah,
tidaklah setaqwa Aisyah..
pun tidak setabah Fatimah..
Justru..
isterimu hanyalah wanita akhir zaman
yang punya cita-cita menjadi solehah
Pernikahan atau perkawinan mengajar kita kewajiban bersama.......
Isteri menjadi tanah kamu langit penaungnya,
Isteri ladang tanaman kamu pemagarnya,
Isteri kiasan ternakan kamu gembalanya,
Isteri adalah murid kamu mursyidnya,
Isteri bagaikan anak kecil kamu tempat bermanjanya,
Saat isteri menjadi madu kamu teguklah sepuasnya,
seketika isteri menjadi racun kamulah penawar bisanya,
seandainya isteri tulang yang bengkok berhati-hatilah
meluruskannya.
Pernikahan atau perkawinan menginsafkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha kepada Allah swt.
Kamu bukanlah Rasulullah saw?
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamallahhuwajhah
Cuma suami akhir zaman yang berusaha menjadi soleh...
AMIN.
Buat para Istri & calon Istri...
Renungkanlah...
Pernikahan atau perkawinan membuka tabir rahasia
Suami yang menikahi kamu tidaklah semulia Muhammad saw
Tidaklah setaqwa Ibrahim
Pun tidak setabah Ayyub atau pun
Segagah Musa.. apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah lelaki akhir zaman yang punya
cita-cita
membangun keturunan yang soleh...
Pernikahan atau perkawinan mengajar kita kewajiban
bersama..
Suami menjadi pelindung kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal kamu pengemudinya,
Suami bagaikan pelakon yang nakal kamu adalah penonton
kenakalannya,
Saat suami menjadi raja kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika suami menjadi bisa kamulah penawar obatnya,
Seandainya suami bengis lagi lancang sabarlah
memperingatkannya,
Pernikahan ataupun perkawinan mengajarkan kita perlunya
iman dan taqwa,
untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah swt.
Kamu bukanlah Khadijah yang begitu sempurna di dalam menjaga
pun bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara....
Cuma wanita akhir zaman yang berusaha menjadi solehah,
AMIN.
Sumber: Unknown
Sumber: http://alimmahdi.com
Buat para Suami & calon Suami...
Renungkanlah...Pernikahan atau perkawinan membuka tabir rahasia...
Isteri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah,
tidaklah setaqwa Aisyah..
pun tidak setabah Fatimah..
Justru..
isterimu hanyalah wanita akhir zaman
yang punya cita-cita menjadi solehah
Pernikahan atau perkawinan mengajar kita kewajiban bersama.......
Isteri menjadi tanah kamu langit penaungnya,
Isteri ladang tanaman kamu pemagarnya,
Isteri kiasan ternakan kamu gembalanya,
Isteri adalah murid kamu mursyidnya,
Isteri bagaikan anak kecil kamu tempat bermanjanya,
Saat isteri menjadi madu kamu teguklah sepuasnya,
seketika isteri menjadi racun kamulah penawar bisanya,
seandainya isteri tulang yang bengkok berhati-hatilah
meluruskannya.
Pernikahan atau perkawinan menginsafkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha kepada Allah swt.
Kamu bukanlah Rasulullah saw?
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamallahhuwajhah
Cuma suami akhir zaman yang berusaha menjadi soleh...
AMIN.
Buat para Istri & calon Istri...
Renungkanlah...
Pernikahan atau perkawinan membuka tabir rahasia
Suami yang menikahi kamu tidaklah semulia Muhammad saw
Tidaklah setaqwa Ibrahim
Pun tidak setabah Ayyub atau pun
Segagah Musa.. apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah lelaki akhir zaman yang punya
cita-cita
membangun keturunan yang soleh...
Pernikahan atau perkawinan mengajar kita kewajiban
bersama..
Suami menjadi pelindung kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal kamu pengemudinya,
Suami bagaikan pelakon yang nakal kamu adalah penonton
kenakalannya,
Saat suami menjadi raja kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika suami menjadi bisa kamulah penawar obatnya,
Seandainya suami bengis lagi lancang sabarlah
memperingatkannya,
Pernikahan ataupun perkawinan mengajarkan kita perlunya
iman dan taqwa,
untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah swt.
Kamu bukanlah Khadijah yang begitu sempurna di dalam menjaga
pun bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara....
Cuma wanita akhir zaman yang berusaha menjadi solehah,
AMIN.
Sumber: Unknown
HARGA SEMANGKUK BAKMI
HARGA SEMANGKUK BAKMI ? ( berapa harga seorang Ibu?)
Sumber: http://www.alimmahdi.com/
Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?” ” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa nona?”, tanya si pemilik kedai.
“Tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,? ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah”
“Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata “Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”
Ana, terhenyak mendengar hal tsb. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari orang yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, ibuku yang mengandungku 9 bulan penuh harap dan cemas, ibuku yang melahirkanku penuh kesakitan, ibuku merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, tapi kini aku tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.
Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kpd ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang nak, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang”. Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.
SEKALI WAKTU, KITA MUNGKIN AKAN SANGAT BERTERIMA KASIH KEPADA ORANG LAIN DISEKITAR KITA UNTUK SUATU PERTOLONGAN KECIL YANG DIBERIKAN KEPADA KITA. TETAPI KEPADA ORANG YANG SANGAT DEKAT DENGAN KITA (KELUARGA) KHUSUSNYA ORANG TUA KITA, KITA HARUS INGAT BAHWA KITA BERTERIMA KASIH KEPADA MEREKA SEUMUR HIDUP KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES ALAMI YANG BIASA SAJA; TETAPI KASIH SAYANG DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR.
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?
http://www.rumah-yatim-indonesia.org
Sumber: http://www.alimmahdi.com/
Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?” ” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa nona?”, tanya si pemilik kedai.
“Tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,? ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah”
“Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata “Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”
Ana, terhenyak mendengar hal tsb. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari orang yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, ibuku yang mengandungku 9 bulan penuh harap dan cemas, ibuku yang melahirkanku penuh kesakitan, ibuku merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, tapi kini aku tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.
Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kpd ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang nak, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang”. Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.
SEKALI WAKTU, KITA MUNGKIN AKAN SANGAT BERTERIMA KASIH KEPADA ORANG LAIN DISEKITAR KITA UNTUK SUATU PERTOLONGAN KECIL YANG DIBERIKAN KEPADA KITA. TETAPI KEPADA ORANG YANG SANGAT DEKAT DENGAN KITA (KELUARGA) KHUSUSNYA ORANG TUA KITA, KITA HARUS INGAT BAHWA KITA BERTERIMA KASIH KEPADA MEREKA SEUMUR HIDUP KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES ALAMI YANG BIASA SAJA; TETAPI KASIH SAYANG DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR.
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?
http://www.rumah-yatim-indonesia.org
Thursday, December 17, 2009
Friday, December 11, 2009
Di suatu sudut pengurusan
Cerita 1
Suatu hari yang cerah seekor singa baring bermalas-malasan di hadapan gua tempat kediamannya, sebentar kemudian seekor serigala datang menghampirinya.
Serigala: "Pukul berapa sekarang, jam saya ini rosak"
Singa: "Oh, jam awak rosak, mudah saja saya boleh perbaiki"
Serigala: "Hmm... tapi mekanisma jam adalah halus dan berselirat, dan dengan kuku kau yang tajam itu akan menambah kerosakkannya lagi."
Singa: "Oh tidak, berikan pada saya, tentu saya boleh memperbaikinya"
Serigala: "Ini sudah mengarut! Semua orang bodoh pun tahu singa yang malas dengan kuku yang tajam ini mustahil boleh memperbaiki enjin jam yang kompleks ini"
Singa: "Tentu boleh, berikan pada saya, tiada masalah untuk saya memperbaikinya"
Singa menghilangkan diri di dalam gua kediamannya.Tidak lama kemudian dia keluar dengan jam serigala yang sudah diperbaiki dengan sempurna. Serigala begitu kagum dengan kehebatan singa, tetapi singa berpura-pura tidak mendengari akan segala pujian oleh serigala itu dan sebaliknya dia terus bermalas-malas di bawah sepohon pokok rendang
Tidak beberapa lama kemudian seekor serigala jantan melintasi tempat singga bermalas-malas itu lalu bertanyakan sesuatu.
Serigala: "Bolehkah saya melihat TV di rumah awak malam ini kerana TV saya baru saja rosak"
Singa: "Oh, TV rosak boleh diperbaiki, mudah saja"
Serigala: "Awak jangan cuba memperdaya saya dengan kenyataan yang tidak masuk akal ini.Tidak ada cara bagaimana singa yang berkuku tajam ini boleh memperbaiki TV saya.”
Singa: "Tidak ada masalah. Cubalah dulu, nanti baru kau tahu?"
Singa membawa TV serigala ke dalam gua. Tidak lama kemudian TV serigala sudah elok diperbaiki . Serigala merasa amat gembira dan mengagumi akan kebolehan singa.
Kejadian sebenar: Di dalam gua kediaman singa. Di suatu sudut gua itu ada beberapa ekor arnab yang cerdik sedang membuat kerja-kerja memperbaiki alat-alat elektrik atau apa-apa kerja yang sukar. Di suatu sudut yang lain pula seekor singa sedang duduk dengan senang hati sambil mengawasi kerja-kerja yang arnab oleh lakukan itu.
Moral : jika anda hendak tahu mengapa seseorang pengurus itu begitu hebat, lihatlah pekerja-pekerja di bawahnya yang melakukan kerja untuknya.
Dari sudut pengurusan :Begitu juga jika sekiranya kita dapat tahu seseorang yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik tetapi masih dinaikkan pangkat, maka kita perlu lihat kerja-kerja atau idea-idea yang dilakukan atau disumbangkan oleh orang-orang bawahannya.
Cerita No 2
Pada suatu hari yang cerah, seekor arnab duduk bersenang-senang di luar lubang kediamannya sambil menaip sesuatu dengan laptopnya. Tidak lama kemudian seekor serigala melintas di hadapannya dan bertanyakan sesuatu
Serigala: "Apa yang kau lakukan itu arnab?"
Arnab: "Saya sedang menyiapkan tesis master saya."
Serigala: "Hmm... Ia berkaitan dengan apa?"
Arnab: "Oh, Saya sedang menyiapkan kajian bagaimana arnab boleh makan serigala."
Serigala: "Itu suatu yang melucukan ! Semua orang bodoh pun tahu arnab tidak boleh makan serigala.!
Arnab: "Mari ikut saya, di sana nanti saya akan tunjukkan kebenarannya!"
Kedua-duanya pun hilang di dalam lubang persembunyian arnab. Tidak beberapa lama kemudian, sambil melemparkan tulang serigala keluar, arnab berjalan keluar seperti biasa dan meneruskan kerja-kerja menaip tesisnya..
Tidak lama kemudian seekor serigala jantan datang dan melihat arnab yang sedang bertekun dengan kerja –kerja tesisnya.
Serigala: "Apa yang awak taipkan itu arnab?"
Arnab: "Saya sedang menaip tesis saya bagaimana arnab boleh memakan serigala."
Serigala: "Awak jangan harap kerja-kerja awak ini akan diterbitkan atau akan diterima oleh penyelia awak?"
Arnab: "Tidak ada masalah. Awak ingin tahu mengapa saya berkata begitu?"
Arnab dan serigala masuk ke dalam lubang penginapan arnab dan seperti sebelumnya arnab yang keluar sendirian dan meneruskan kerja-kerja menaip tesisnya semula.
Akhirnya seekor beruang datang dan menghampiri arnab, "Apa yang awak lakukan?
Arnab: "Saya sedang menaipkan tesis bagaimana arnab boleh memakan beruang."
Beruang: "Ini satu kajian yang melucukan dan bodoh!"
Arnab: "Mari masuk ke dalam rumah saya dan akan saya tunjukkan kebenaran kajian saya ini"
Ditempat kejadian : Selepas mereka memasuki lubang arnab, seekor singa jantan yang besar sedang menunggu kehadiran mereka dan arnab memperkenalkannya kepada beruang.
Moral: Tidak kiralah berapa teruknya tajuk tesis anda tetapi yang anda perlu anda tahu dan ada ialah siapakah penyelia anda.
Dari sudut pengurusan: Tidak kiralah berapa teruk sekalipun kerja-kerja yang anda lakukan ataupun pencapaian anda di tempat kerja tetapi yang penting samada anda disukai oleh bos anda ataupun tidak.
Suatu hari yang cerah seekor singa baring bermalas-malasan di hadapan gua tempat kediamannya, sebentar kemudian seekor serigala datang menghampirinya.
Serigala: "Pukul berapa sekarang, jam saya ini rosak"
Singa: "Oh, jam awak rosak, mudah saja saya boleh perbaiki"
Serigala: "Hmm... tapi mekanisma jam adalah halus dan berselirat, dan dengan kuku kau yang tajam itu akan menambah kerosakkannya lagi."
Singa: "Oh tidak, berikan pada saya, tentu saya boleh memperbaikinya"
Serigala: "Ini sudah mengarut! Semua orang bodoh pun tahu singa yang malas dengan kuku yang tajam ini mustahil boleh memperbaiki enjin jam yang kompleks ini"
Singa: "Tentu boleh, berikan pada saya, tiada masalah untuk saya memperbaikinya"
Singa menghilangkan diri di dalam gua kediamannya.Tidak lama kemudian dia keluar dengan jam serigala yang sudah diperbaiki dengan sempurna. Serigala begitu kagum dengan kehebatan singa, tetapi singa berpura-pura tidak mendengari akan segala pujian oleh serigala itu dan sebaliknya dia terus bermalas-malas di bawah sepohon pokok rendang
Tidak beberapa lama kemudian seekor serigala jantan melintasi tempat singga bermalas-malas itu lalu bertanyakan sesuatu.
Serigala: "Bolehkah saya melihat TV di rumah awak malam ini kerana TV saya baru saja rosak"
Singa: "Oh, TV rosak boleh diperbaiki, mudah saja"
Serigala: "Awak jangan cuba memperdaya saya dengan kenyataan yang tidak masuk akal ini.Tidak ada cara bagaimana singa yang berkuku tajam ini boleh memperbaiki TV saya.”
Singa: "Tidak ada masalah. Cubalah dulu, nanti baru kau tahu?"
Singa membawa TV serigala ke dalam gua. Tidak lama kemudian TV serigala sudah elok diperbaiki . Serigala merasa amat gembira dan mengagumi akan kebolehan singa.
Kejadian sebenar: Di dalam gua kediaman singa. Di suatu sudut gua itu ada beberapa ekor arnab yang cerdik sedang membuat kerja-kerja memperbaiki alat-alat elektrik atau apa-apa kerja yang sukar. Di suatu sudut yang lain pula seekor singa sedang duduk dengan senang hati sambil mengawasi kerja-kerja yang arnab oleh lakukan itu.
Moral : jika anda hendak tahu mengapa seseorang pengurus itu begitu hebat, lihatlah pekerja-pekerja di bawahnya yang melakukan kerja untuknya.
Dari sudut pengurusan :Begitu juga jika sekiranya kita dapat tahu seseorang yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik tetapi masih dinaikkan pangkat, maka kita perlu lihat kerja-kerja atau idea-idea yang dilakukan atau disumbangkan oleh orang-orang bawahannya.
Cerita No 2
Pada suatu hari yang cerah, seekor arnab duduk bersenang-senang di luar lubang kediamannya sambil menaip sesuatu dengan laptopnya. Tidak lama kemudian seekor serigala melintas di hadapannya dan bertanyakan sesuatu
Serigala: "Apa yang kau lakukan itu arnab?"
Arnab: "Saya sedang menyiapkan tesis master saya."
Serigala: "Hmm... Ia berkaitan dengan apa?"
Arnab: "Oh, Saya sedang menyiapkan kajian bagaimana arnab boleh makan serigala."
Serigala: "Itu suatu yang melucukan ! Semua orang bodoh pun tahu arnab tidak boleh makan serigala.!
Arnab: "Mari ikut saya, di sana nanti saya akan tunjukkan kebenarannya!"
Kedua-duanya pun hilang di dalam lubang persembunyian arnab. Tidak beberapa lama kemudian, sambil melemparkan tulang serigala keluar, arnab berjalan keluar seperti biasa dan meneruskan kerja-kerja menaip tesisnya..
Tidak lama kemudian seekor serigala jantan datang dan melihat arnab yang sedang bertekun dengan kerja –kerja tesisnya.
Serigala: "Apa yang awak taipkan itu arnab?"
Arnab: "Saya sedang menaip tesis saya bagaimana arnab boleh memakan serigala."
Serigala: "Awak jangan harap kerja-kerja awak ini akan diterbitkan atau akan diterima oleh penyelia awak?"
Arnab: "Tidak ada masalah. Awak ingin tahu mengapa saya berkata begitu?"
Arnab dan serigala masuk ke dalam lubang penginapan arnab dan seperti sebelumnya arnab yang keluar sendirian dan meneruskan kerja-kerja menaip tesisnya semula.
Akhirnya seekor beruang datang dan menghampiri arnab, "Apa yang awak lakukan?
Arnab: "Saya sedang menaipkan tesis bagaimana arnab boleh memakan beruang."
Beruang: "Ini satu kajian yang melucukan dan bodoh!"
Arnab: "Mari masuk ke dalam rumah saya dan akan saya tunjukkan kebenaran kajian saya ini"
Ditempat kejadian : Selepas mereka memasuki lubang arnab, seekor singa jantan yang besar sedang menunggu kehadiran mereka dan arnab memperkenalkannya kepada beruang.
Moral: Tidak kiralah berapa teruknya tajuk tesis anda tetapi yang anda perlu anda tahu dan ada ialah siapakah penyelia anda.
Dari sudut pengurusan: Tidak kiralah berapa teruk sekalipun kerja-kerja yang anda lakukan ataupun pencapaian anda di tempat kerja tetapi yang penting samada anda disukai oleh bos anda ataupun tidak.
Thursday, December 10, 2009
Minda: Jangan jadi ‘unta buta’
Minda: Jangan jadi ‘unta buta’
KETIKA berkunjung ke luar negara atas urusan rasmi, saya berpeluang bertemu dengan rakan bisnes dan tokoh korporat syarikat ternama. Di samping mencari peluang bisnes, pelaburan dan usaha sama, kesempatan kerap juga saya gunakan untuk bertukar-tukar pandangan.
Satu pengalaman ketika berkunjung sebuah negara Arab masih segar dalam ingatan saya kerana berkait rapat dengan cabaran hebat yang dihadapi umat Islam hari ini.
Dalam kunjungan ke Kuwait sekitar hujung 1990-an, saya diraikan dalam satu majlis makan tengah hari anjuran sebuah badan korporat ternama Kuwait. Di situ saya bertemu dengan seorang tetamu berketurunan Jerman yang memeluk Islam beberapa tahun sebelumnya.
Dalam perbualan kami, beliau ditanya bagaimana dan kenapa memilih Islam sebagai pegangan hidup. Jawapan diberikan cukup memeranjatkan. Dengan nada tegas dan serius beliau menjawab: “Not because of Muslims!” (bukan kerana umat Islam!).
Beliau berasal daripada keluarga Katholik yang kuat beragama. Sebagai anak muda yang dahagakan kebenaran dan berminat mencari makna dan pengertian hidup sebenar, beliau tidak senang dengan kontradiksi yang jelas terdapat dalam ajaran agama serta pegangan hidup yang diwarisi dari keluarganya sebelum ini.
Sebagai seorang bekas duta Jerman yang berkhidmat di seluruh dunia, termasuk di beberapa negara Islam, beliau berpeluang berinteraksi dengan ramai orang tanpa mengira bangsa, kedudukan ekonomi, latar belakang budaya dan agama yang berlainan.
Katanya, jika dilihat kepada kehidupan rata-rata umat Islam yang miskin, daif, rendah budaya dan akhlak, cetek ilmu, kotor dan tidak teratur, tidak akan terlintas di hati beliau untuk memeluk Islam.
Namun, beliau bersyukur kerana menemui kebenaran Islam dari sumber lain. Selepas dewasa, beliau membaca lebih 200 buku mengenai semua jenis agama dan falsafah hidup. Beliau paling bersyukur kerana mampu membaca al-Quran dan memahami maksudnya.
Hakikatnya kini, rata-rata kehidupan umat Islam masih daif, miskin, menderita dan melarat, rendah tahap pencapaian ilmu, budaya dan tamadun, yang menyebabkan bukan saja umatnya, malah agamanya yang tinggi dan suci mulia itu dipandang rendah oleh orang lain.
Sekalipun terdapat negara Arab dan negara Islam lain kaya raya, malah lebih kaya daripada sesetengah negara Barat, kekayaan tidak langsung dirasai golongan besar masyarakat dan tidak berupaya membela nasib majoriti umat.
Laporan Projek Pembangunan Bangsa-bangsa Bersatu (UNDP) menyatakan bagi setiap lima orang di dunia Arab kini, dua daripadanya miskin dan melarat dengan pendapatan tidak sampai AS$2 (RM6.80) sehari.
Ia jelas menunjukkan kedaifan dan keadaan hidup sebahagian besar bangsa Arab berbanding imej kemewahan dan persepsi kekayaan orang lain terhadap mereka.
Laporan juga menyatakan kerajaan negara-negara Arab kelihatan tidak berupaya menyelesaikan masalah cabaran hidup dihadapi majoriti penduduknya.
Menjelang 2020, UNDP menganggarkan dunia Arab perlu menyediakan 50 juta peluang kerja untuk generasi baru remaja Arab.
Dengan kedudukan politik, ekonomi, bisnes dan korporat Arab yang bergolak, tuntutan itu dikatakan mustahil. Jelas negara Arab tidak bersedia berubah dan membawa pembaharuan dalam sistem kehidupan mereka.
Andainya benar kajian UNDP ini, keadaan umat Islam, khasnya di dunia Arab dijangka bertambah buruk.
Ini membawa implikasi besar terhadap kehidupan umat di seluruh dunia, lebih-lebih lagi apabila diambil kira keadaan umat Islam di negara-negara lain seperti Afrika, Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, India, Asia Tenggara dan Asia Tengah serta barat China yang masih menantikan pembelaan.
Masalah ini sangat membimbangkan kerana Islam dengan tegas dan dari awal mengingatkan umatnya menerusi sebuah hadis Rasulullah bahawa kefakiran membawa kepada kekufuran.
Lebih membimbangkan hakikat umat Islam, termasuk di beberapa negara Arab yang kaya-raya, terdapat sikap dan minda yang hanya akan menambahkan kegawatan dan kecelaruan.
Dalam penulisan sebelum ini, saya pernah menyarankan umat Islam supaya tidak ‘membabi-buta’ dan berebut-rebut menciplak sistem ekonomi Barat yang berteraskan kapitalisme rakus dan tamak.
Dalam konteks bangsa Arab pula, jelas sekali mereka perlu mengelakkan diri mereka daripada menjadi ‘unta buta’ - berebut-rebut membina sistem ekonomi dengan menciplak bulat-bulat kaedah sistem kapitalisme rakus dan tamak itu.
Di Dubai, kesan dan impak sikap ‘unta buta’ ini jelas sekali kelihatan. Dubai pernah disanjung tinggi sebagai antara kota Arab paling ke depan khasnya dalam pembangunan berlandaskan amalan kapitalis Barat.
Kebelakangan ini, selepas dunia dilanda krisis berpunca daripada kelemahan ekonomi yang bermula di Amerika Syarikat, (dikatakan akibat kerakusan dan ketamakan pemimpin korporat dan bank Amerika), ekonomi Dubai turut terjejas teruk.
Atas dasar inilah semakin banyak kritikan dilemparkan terhadap Dubai.
Sesungguhnya banyak yang tidak kena dengan cara umat Islam dan Arab menggunakan harta kekayaan mereka. Mereka berebut-rebut menandingi, melebihi dan mendahului Barat sedangkan cara Barat yang angkuh dan rakus itu sendiri selama ini tidak disenangi oleh semua orang.
Islam juga sangat tegas menganjurkan supaya jangan dibiarkan harta kekayaan berputar cuma di kalangan orang kaya saja dalam masyarakat dan semua yang fakir dan miskin diberi hak untuk menuntut bahagian mereka daripada semua harta kekayaan ini.
Andainya tidak diawasi, sikap ‘unta buta’ ini diumpamakan kekayaan yang boleh membawa kepada kekufuran.
Majalah The Economist yang diterbitkan di London baru-baru ini menganggap fenomena Dubai sebagai ‘satu empayar yang dibina atas pasir...satu monumen kerakusan besar dan angkuh dan menjolok mata tidak berkelangsungan’.
Akhbar itu melihat Dubai sebagai ‘Planet Dubai’, iaitu satu ‘monumen kepada sikap berlebihan melampau, satu berhala konsumerisme’ dan ‘satu hasil besar perahan daripada kapitalisme semasa’. Sungguh membimbangkan.
Dalam keadaan dua daripada setiap lima umat Islam kelaparan, tergamak pula yang kaya di kalangan mereka ghairah melayani selera dan memuaskan nafsu mengikut anjuran kerakusan dan keserakahan Barat.
Terdapat juga di kalangan jutawan Arab sanggup berlumba berbilion dolar membeli kelab bola sepak Inggeris dan tidak untuk membuat kebaikan (fastabiqul khairat) seperti yang dianjurkan Islam.
Jika dibiar berleluasa dan dicontohi pula negara Islam maju yang lain, apakah nasib masa depan umat Islam? Apakah sikap seperti ini harus dibiarkan menguasai suasana hingga mengakibatkan umat Islam berpecah dan hilang kepercayaan sesama sendiri? Apakah harus dibiarkan mereka menggelapkan dan mengaburi pandangan orang bukan Islam terhadap agama Islam?
Akhirnya kita terpaksa menerima dan bersetuju dengan pendirian bekas duta Jerman Muslim tadi.
Kita harus berbuat sesuatu segera mengelakkan situasi di mana bukan Muslim lain yang tidak cekal dan tidak besar jiwa sepertinya hilang minat dan terpesong daripada menemui kebenaran dan kesucian Islam serta menikmati rahmat sebagaimana yang dijanjikan kepada semua umat manusia cuma kerana kelemahan dan ‘kebutaan’ kita sendiri.
>Penulis ialah Presiden dan Ketua Eksekutif Johor Corporation merangkap Timbalan Presiden Dewan Perniagaan Islam Malaysia
KETIKA berkunjung ke luar negara atas urusan rasmi, saya berpeluang bertemu dengan rakan bisnes dan tokoh korporat syarikat ternama. Di samping mencari peluang bisnes, pelaburan dan usaha sama, kesempatan kerap juga saya gunakan untuk bertukar-tukar pandangan.
Satu pengalaman ketika berkunjung sebuah negara Arab masih segar dalam ingatan saya kerana berkait rapat dengan cabaran hebat yang dihadapi umat Islam hari ini.
Dalam kunjungan ke Kuwait sekitar hujung 1990-an, saya diraikan dalam satu majlis makan tengah hari anjuran sebuah badan korporat ternama Kuwait. Di situ saya bertemu dengan seorang tetamu berketurunan Jerman yang memeluk Islam beberapa tahun sebelumnya.
Dalam perbualan kami, beliau ditanya bagaimana dan kenapa memilih Islam sebagai pegangan hidup. Jawapan diberikan cukup memeranjatkan. Dengan nada tegas dan serius beliau menjawab: “Not because of Muslims!” (bukan kerana umat Islam!).
Beliau berasal daripada keluarga Katholik yang kuat beragama. Sebagai anak muda yang dahagakan kebenaran dan berminat mencari makna dan pengertian hidup sebenar, beliau tidak senang dengan kontradiksi yang jelas terdapat dalam ajaran agama serta pegangan hidup yang diwarisi dari keluarganya sebelum ini.
Sebagai seorang bekas duta Jerman yang berkhidmat di seluruh dunia, termasuk di beberapa negara Islam, beliau berpeluang berinteraksi dengan ramai orang tanpa mengira bangsa, kedudukan ekonomi, latar belakang budaya dan agama yang berlainan.
Katanya, jika dilihat kepada kehidupan rata-rata umat Islam yang miskin, daif, rendah budaya dan akhlak, cetek ilmu, kotor dan tidak teratur, tidak akan terlintas di hati beliau untuk memeluk Islam.
Namun, beliau bersyukur kerana menemui kebenaran Islam dari sumber lain. Selepas dewasa, beliau membaca lebih 200 buku mengenai semua jenis agama dan falsafah hidup. Beliau paling bersyukur kerana mampu membaca al-Quran dan memahami maksudnya.
Hakikatnya kini, rata-rata kehidupan umat Islam masih daif, miskin, menderita dan melarat, rendah tahap pencapaian ilmu, budaya dan tamadun, yang menyebabkan bukan saja umatnya, malah agamanya yang tinggi dan suci mulia itu dipandang rendah oleh orang lain.
Sekalipun terdapat negara Arab dan negara Islam lain kaya raya, malah lebih kaya daripada sesetengah negara Barat, kekayaan tidak langsung dirasai golongan besar masyarakat dan tidak berupaya membela nasib majoriti umat.
Laporan Projek Pembangunan Bangsa-bangsa Bersatu (UNDP) menyatakan bagi setiap lima orang di dunia Arab kini, dua daripadanya miskin dan melarat dengan pendapatan tidak sampai AS$2 (RM6.80) sehari.
Ia jelas menunjukkan kedaifan dan keadaan hidup sebahagian besar bangsa Arab berbanding imej kemewahan dan persepsi kekayaan orang lain terhadap mereka.
Laporan juga menyatakan kerajaan negara-negara Arab kelihatan tidak berupaya menyelesaikan masalah cabaran hidup dihadapi majoriti penduduknya.
Menjelang 2020, UNDP menganggarkan dunia Arab perlu menyediakan 50 juta peluang kerja untuk generasi baru remaja Arab.
Dengan kedudukan politik, ekonomi, bisnes dan korporat Arab yang bergolak, tuntutan itu dikatakan mustahil. Jelas negara Arab tidak bersedia berubah dan membawa pembaharuan dalam sistem kehidupan mereka.
Andainya benar kajian UNDP ini, keadaan umat Islam, khasnya di dunia Arab dijangka bertambah buruk.
Ini membawa implikasi besar terhadap kehidupan umat di seluruh dunia, lebih-lebih lagi apabila diambil kira keadaan umat Islam di negara-negara lain seperti Afrika, Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, India, Asia Tenggara dan Asia Tengah serta barat China yang masih menantikan pembelaan.
Masalah ini sangat membimbangkan kerana Islam dengan tegas dan dari awal mengingatkan umatnya menerusi sebuah hadis Rasulullah bahawa kefakiran membawa kepada kekufuran.
Lebih membimbangkan hakikat umat Islam, termasuk di beberapa negara Arab yang kaya-raya, terdapat sikap dan minda yang hanya akan menambahkan kegawatan dan kecelaruan.
Dalam penulisan sebelum ini, saya pernah menyarankan umat Islam supaya tidak ‘membabi-buta’ dan berebut-rebut menciplak sistem ekonomi Barat yang berteraskan kapitalisme rakus dan tamak.
Dalam konteks bangsa Arab pula, jelas sekali mereka perlu mengelakkan diri mereka daripada menjadi ‘unta buta’ - berebut-rebut membina sistem ekonomi dengan menciplak bulat-bulat kaedah sistem kapitalisme rakus dan tamak itu.
Di Dubai, kesan dan impak sikap ‘unta buta’ ini jelas sekali kelihatan. Dubai pernah disanjung tinggi sebagai antara kota Arab paling ke depan khasnya dalam pembangunan berlandaskan amalan kapitalis Barat.
Kebelakangan ini, selepas dunia dilanda krisis berpunca daripada kelemahan ekonomi yang bermula di Amerika Syarikat, (dikatakan akibat kerakusan dan ketamakan pemimpin korporat dan bank Amerika), ekonomi Dubai turut terjejas teruk.
Atas dasar inilah semakin banyak kritikan dilemparkan terhadap Dubai.
Sesungguhnya banyak yang tidak kena dengan cara umat Islam dan Arab menggunakan harta kekayaan mereka. Mereka berebut-rebut menandingi, melebihi dan mendahului Barat sedangkan cara Barat yang angkuh dan rakus itu sendiri selama ini tidak disenangi oleh semua orang.
Islam juga sangat tegas menganjurkan supaya jangan dibiarkan harta kekayaan berputar cuma di kalangan orang kaya saja dalam masyarakat dan semua yang fakir dan miskin diberi hak untuk menuntut bahagian mereka daripada semua harta kekayaan ini.
Andainya tidak diawasi, sikap ‘unta buta’ ini diumpamakan kekayaan yang boleh membawa kepada kekufuran.
Majalah The Economist yang diterbitkan di London baru-baru ini menganggap fenomena Dubai sebagai ‘satu empayar yang dibina atas pasir...satu monumen kerakusan besar dan angkuh dan menjolok mata tidak berkelangsungan’.
Akhbar itu melihat Dubai sebagai ‘Planet Dubai’, iaitu satu ‘monumen kepada sikap berlebihan melampau, satu berhala konsumerisme’ dan ‘satu hasil besar perahan daripada kapitalisme semasa’. Sungguh membimbangkan.
Dalam keadaan dua daripada setiap lima umat Islam kelaparan, tergamak pula yang kaya di kalangan mereka ghairah melayani selera dan memuaskan nafsu mengikut anjuran kerakusan dan keserakahan Barat.
Terdapat juga di kalangan jutawan Arab sanggup berlumba berbilion dolar membeli kelab bola sepak Inggeris dan tidak untuk membuat kebaikan (fastabiqul khairat) seperti yang dianjurkan Islam.
Jika dibiar berleluasa dan dicontohi pula negara Islam maju yang lain, apakah nasib masa depan umat Islam? Apakah sikap seperti ini harus dibiarkan menguasai suasana hingga mengakibatkan umat Islam berpecah dan hilang kepercayaan sesama sendiri? Apakah harus dibiarkan mereka menggelapkan dan mengaburi pandangan orang bukan Islam terhadap agama Islam?
Akhirnya kita terpaksa menerima dan bersetuju dengan pendirian bekas duta Jerman Muslim tadi.
Kita harus berbuat sesuatu segera mengelakkan situasi di mana bukan Muslim lain yang tidak cekal dan tidak besar jiwa sepertinya hilang minat dan terpesong daripada menemui kebenaran dan kesucian Islam serta menikmati rahmat sebagaimana yang dijanjikan kepada semua umat manusia cuma kerana kelemahan dan ‘kebutaan’ kita sendiri.
>Penulis ialah Presiden dan Ketua Eksekutif Johor Corporation merangkap Timbalan Presiden Dewan Perniagaan Islam Malaysia
Tuesday, December 8, 2009
Petua Memupuk Cinta Sejati Suami Isteri
Petua Memupuk Cinta Sejati Suami Isteri
Email : mohd naim mohd zain
http://idhamlim.blogspot.com
Cinta sejati tidak memusnahkan diri kekasih yang dicintai, malah ia menjaga supaya si dia tetap suci dan selamat sebagaimana sucinya cinta itu sendiri.
Untuk itu, apabila cinta memilih untuk singgah di hati seseorang, lalu akan berasa betapa bahagianya diri untuk merasai nikmat cinta anugerah Ilahi.
Siapakah yang tidak pernah dicintai? Mungkin belum ditemukan dengan orang yang selayaknya untuk dicintai, namun perasaan itu memang wujud dalam kalangan semua insan. Hanya mereka yang pernah merasai dan melalui pengalaman cinta akan merasakan keindahannya.
Namun, bagi yang belum merasakannya, masa itu akan datang juga. Malah, hanya masa dan ketentuan yang bakal meletakkan rupa, perasaan dan khayalan sebelum menemui hakikat sebenar percintaan, seterusnya disatukan di alam yang penuh keindahan.
Bagi yang merasai keindahan cinta sehingga bertemu jodoh, bersatu diri dalam mahligai yang penuh keindahan. Pun begitu, tidak kurang juga yang diuji dengan pelbagai cubaan bagi meneguhkan kembali kekuatan cinta.
Perkara berikut mungkin dapat membantu mengukuhkan lagi perasaan anda dan pasangan apabila dua jiwa menjadi satu. Bagi yang bergelar isteri atau ibu, hayatinya untuk menjadi isteri yang didambakan dalam keluarga Islam.
* Letakkan dalam jiwa peranan besar dalam kehidupan keluarga. Tindak-tanduk, kebijaksanaan dan sifat selalu mengingati Allah boleh menjadikan rumah sebagai syurga yang diidamkan suami dan anak. Mereka berasa tenang setelah penat di luar rumah.
* Laksanakan tanggungjawab dan peranannya yang asasi dalam mendidik anak dan memelihara mereka kerana ibu perlu lebih banyak bergaul dengan anak.
Bahkan, mereka juga sangat berhajat kepada ibu terutama pada peringkat membina keperibadian dan perkembangan diri.
Antara ibu dan bapa, hendaklah ada persefahaman dalam mendidik anak supaya kedua-duanya saling menyempurnakan antara satu sama lain dengan tidak ada percanggahan.
Kasih sayang ibu terhadap anak jika tidak kena caranya, mungkin boleh memporak-perandakan keharmonian keluarga.
* Isteri contoh juga hendaklah mengetahui dengan teliti kewajipannya terhadap suami dan hak suami terhadap isteri yang mesti dilaksanakan sebagai beribadah kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya.
Hendaklah dia menjaga perasaan, bersimpati atas kesusahannya dan menjaga rakannya. Selain itu, bekerjasama dengan suami terutama dalam mendidik anak dan menjaga silaturahim.
* Beri semangat kepada suami supaya dia menjalankan kewajipan terhadap agamanya seperti beramal, berjihad dan berkorban.
* Isteri hendaklah pandai memilih kenalannya dalam kalangan wanita yang solehah. Dia juga harus berperanan mengajar dan mengingatkan adab Islam. Dirinya sendiri dijadikan contoh kepada yang lain.
* Alangkah baik jika isteri contoh bukan saja menjaga perkara halal dalam urusan rumah tangga seperti makanan, minuman, pakaian, kelengkapan rumah serta adat, malah, dia juga dapat menjaga daripada yang haram serta syubhat.
Rumahnya pula dijadikan contoh dari segi kebersihan dan kekemasan untuk membiasakan anak dengan keadaan demikian.
* Adab dan doa seharusnya dijadikan amalan seharian dalam perkara seperti makan, minum, tidur, memberi salam, meminta izin, melihat perempuan dan seumpamanya.
* Isteri (dan juga suami) hendaklah mengambil berat untuk menghidupkan hari kebesaran Islam serta ditanamkan rasa kasih terhadap hari berkenaan seperti Ramadan.
Dicatat oleh DRS. KHALIL IDHAM LIM di 4:48 PM
Email : mohd naim mohd zain
http://idhamlim.blogspot.com
Cinta sejati tidak memusnahkan diri kekasih yang dicintai, malah ia menjaga supaya si dia tetap suci dan selamat sebagaimana sucinya cinta itu sendiri.
Untuk itu, apabila cinta memilih untuk singgah di hati seseorang, lalu akan berasa betapa bahagianya diri untuk merasai nikmat cinta anugerah Ilahi.
Siapakah yang tidak pernah dicintai? Mungkin belum ditemukan dengan orang yang selayaknya untuk dicintai, namun perasaan itu memang wujud dalam kalangan semua insan. Hanya mereka yang pernah merasai dan melalui pengalaman cinta akan merasakan keindahannya.
Namun, bagi yang belum merasakannya, masa itu akan datang juga. Malah, hanya masa dan ketentuan yang bakal meletakkan rupa, perasaan dan khayalan sebelum menemui hakikat sebenar percintaan, seterusnya disatukan di alam yang penuh keindahan.
Bagi yang merasai keindahan cinta sehingga bertemu jodoh, bersatu diri dalam mahligai yang penuh keindahan. Pun begitu, tidak kurang juga yang diuji dengan pelbagai cubaan bagi meneguhkan kembali kekuatan cinta.
Perkara berikut mungkin dapat membantu mengukuhkan lagi perasaan anda dan pasangan apabila dua jiwa menjadi satu. Bagi yang bergelar isteri atau ibu, hayatinya untuk menjadi isteri yang didambakan dalam keluarga Islam.
* Letakkan dalam jiwa peranan besar dalam kehidupan keluarga. Tindak-tanduk, kebijaksanaan dan sifat selalu mengingati Allah boleh menjadikan rumah sebagai syurga yang diidamkan suami dan anak. Mereka berasa tenang setelah penat di luar rumah.
* Laksanakan tanggungjawab dan peranannya yang asasi dalam mendidik anak dan memelihara mereka kerana ibu perlu lebih banyak bergaul dengan anak.
Bahkan, mereka juga sangat berhajat kepada ibu terutama pada peringkat membina keperibadian dan perkembangan diri.
Antara ibu dan bapa, hendaklah ada persefahaman dalam mendidik anak supaya kedua-duanya saling menyempurnakan antara satu sama lain dengan tidak ada percanggahan.
Kasih sayang ibu terhadap anak jika tidak kena caranya, mungkin boleh memporak-perandakan keharmonian keluarga.
* Isteri contoh juga hendaklah mengetahui dengan teliti kewajipannya terhadap suami dan hak suami terhadap isteri yang mesti dilaksanakan sebagai beribadah kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya.
Hendaklah dia menjaga perasaan, bersimpati atas kesusahannya dan menjaga rakannya. Selain itu, bekerjasama dengan suami terutama dalam mendidik anak dan menjaga silaturahim.
* Beri semangat kepada suami supaya dia menjalankan kewajipan terhadap agamanya seperti beramal, berjihad dan berkorban.
* Isteri hendaklah pandai memilih kenalannya dalam kalangan wanita yang solehah. Dia juga harus berperanan mengajar dan mengingatkan adab Islam. Dirinya sendiri dijadikan contoh kepada yang lain.
* Alangkah baik jika isteri contoh bukan saja menjaga perkara halal dalam urusan rumah tangga seperti makanan, minuman, pakaian, kelengkapan rumah serta adat, malah, dia juga dapat menjaga daripada yang haram serta syubhat.
Rumahnya pula dijadikan contoh dari segi kebersihan dan kekemasan untuk membiasakan anak dengan keadaan demikian.
* Adab dan doa seharusnya dijadikan amalan seharian dalam perkara seperti makan, minum, tidur, memberi salam, meminta izin, melihat perempuan dan seumpamanya.
* Isteri (dan juga suami) hendaklah mengambil berat untuk menghidupkan hari kebesaran Islam serta ditanamkan rasa kasih terhadap hari berkenaan seperti Ramadan.
Dicatat oleh DRS. KHALIL IDHAM LIM di 4:48 PM
10 Habits Of Happy Couples
10 Habits Of Happy Couples
By Frokpi
What does it take to be happy in a relationship? If you’re working to improve your marriage, here are a few habits of happy couples.
1. Go to bed at the same time
Remember the beginning of your relationship, when you couldn’t wait to go to bed with each other to make love? Happy couples resist the temptation to go to bed at different times. They go to bed at the same time, even if one partner wakes up later to do things while their partner sleeps.
2. Cultivate common interests
After the passion settles down, it’s common to realise that you have few interests in common. But don’t minimise the importance of activities you can do together that you both enjoy. If common interests are not present, happy couples develop them. At the same time, be sure to cultivate interests of your own; this will make you more interesting to your mate and prevent you from appearing too dependent.
3. Walk hand in hand or side by side
Rather than one partner lagging or dragging behind the other, happy couples walk comfortably hand in hand or side by side. They know it’s more important to be with their partner than to see the sights along the way.
4. Make trust and forgiveness your default mode
If and when they have a disagreement or argument, and if they can’t resolve it, happy couples default to trusting and forgiving rather than distrusting and begrudging.
5. Focus more on what your partner does right than what he or she does wrong
If you look for things your partner does wrong, you can always find something. If you look for what he or she does right, you can always find something, too. It all depends on what you want to look for. Happy couples accentuate the positive.
6. Hug each other as soon as you see each other after work
Our skin has a memory of “good touch” (loved), “bad touch” (abused) and “no touch” (neglected). Couples who say hello with a hug keep their skin bathed in the “good touch,” which can inoculate your spirit against anonymity in the world.
7. Say “I love you” and “Have a good day” every morning
This is a great way to buy some patience and tolerance as each partner sets out each day to battle traffic jams, long lines and other annoyances.
8. Say “Good night” every night, regardless of how you feel
This tells your partner that, regardless of how upset you are with him or her, you still want to be in the relationship. It says that what you and your partner have is bigger than any single
upsetting incident.
9. Do a “weather” check during the day
Call your partner at home or at work to see how his or her day is going. This is a great way to adjust expectations so that you’re more in sync when you connect after work. For instance, if your partner is having an awful day, it might be unreasonable to expect him or her to be enthusiastic about something good that happened to you.
10. Be proud to be seen with your partner
Happy couples are pleased to be seen together and are often in some kind of affectionate contact - hand on hand or hand on shoulder or knee or back of neck. They are not showing off but rather just saying that they belong with each other.
Happy couples have different habits than unhappy couples. A habit is a discrete behaviour that you do automatically and that takes little effort to maintain. It takes 21 days of daily repetition of a new a behaviour to become a habit. So select one of the behaviours in the list above to do for 21 days and voila, it will become a habit...and make you happier as a couple. And if you fall off the wagon, don’t despair, just apologize to your partner, ask their forgiveness and recommit yourself to getting back in the habit.
If there was one key to happiness in love and life, and possibly even success, it would be to go into each conversation you have with this commandment to yourself front and foremost in your mind, "Just Listen."
By Frokpi
What does it take to be happy in a relationship? If you’re working to improve your marriage, here are a few habits of happy couples.
1. Go to bed at the same time
Remember the beginning of your relationship, when you couldn’t wait to go to bed with each other to make love? Happy couples resist the temptation to go to bed at different times. They go to bed at the same time, even if one partner wakes up later to do things while their partner sleeps.
2. Cultivate common interests
After the passion settles down, it’s common to realise that you have few interests in common. But don’t minimise the importance of activities you can do together that you both enjoy. If common interests are not present, happy couples develop them. At the same time, be sure to cultivate interests of your own; this will make you more interesting to your mate and prevent you from appearing too dependent.
3. Walk hand in hand or side by side
Rather than one partner lagging or dragging behind the other, happy couples walk comfortably hand in hand or side by side. They know it’s more important to be with their partner than to see the sights along the way.
4. Make trust and forgiveness your default mode
If and when they have a disagreement or argument, and if they can’t resolve it, happy couples default to trusting and forgiving rather than distrusting and begrudging.
5. Focus more on what your partner does right than what he or she does wrong
If you look for things your partner does wrong, you can always find something. If you look for what he or she does right, you can always find something, too. It all depends on what you want to look for. Happy couples accentuate the positive.
6. Hug each other as soon as you see each other after work
Our skin has a memory of “good touch” (loved), “bad touch” (abused) and “no touch” (neglected). Couples who say hello with a hug keep their skin bathed in the “good touch,” which can inoculate your spirit against anonymity in the world.
7. Say “I love you” and “Have a good day” every morning
This is a great way to buy some patience and tolerance as each partner sets out each day to battle traffic jams, long lines and other annoyances.
8. Say “Good night” every night, regardless of how you feel
This tells your partner that, regardless of how upset you are with him or her, you still want to be in the relationship. It says that what you and your partner have is bigger than any single
upsetting incident.
9. Do a “weather” check during the day
Call your partner at home or at work to see how his or her day is going. This is a great way to adjust expectations so that you’re more in sync when you connect after work. For instance, if your partner is having an awful day, it might be unreasonable to expect him or her to be enthusiastic about something good that happened to you.
10. Be proud to be seen with your partner
Happy couples are pleased to be seen together and are often in some kind of affectionate contact - hand on hand or hand on shoulder or knee or back of neck. They are not showing off but rather just saying that they belong with each other.
Happy couples have different habits than unhappy couples. A habit is a discrete behaviour that you do automatically and that takes little effort to maintain. It takes 21 days of daily repetition of a new a behaviour to become a habit. So select one of the behaviours in the list above to do for 21 days and voila, it will become a habit...and make you happier as a couple. And if you fall off the wagon, don’t despair, just apologize to your partner, ask their forgiveness and recommit yourself to getting back in the habit.
If there was one key to happiness in love and life, and possibly even success, it would be to go into each conversation you have with this commandment to yourself front and foremost in your mind, "Just Listen."
When Opportunity Comes to You
When Opportunity Comes to You
Autor : Unknown
A young man wished to marry the farmer's beautiful daughter.
He went to the farmer to ask his permission. The farmer looked
at him and said, "Son, gostand out in that field. I'm going
to release three bulls, one at a time. If you can catch the
tail of any one of the three bulls, you can marry my daughter."
The young man stood in the field awaiting the first bull.
The barn door opened and out came the biggest, meanest looking
bull he had ever seen.. He decided that one of the next bulls
had to be a better choice than this one, so he ran over to the
side and let the bull pass through.
The barn door opened again. Unbelievable. He had never seen
anything so big and fierce in his life. It stood pawing the
ground, it eyed him. Whatever the next bull was like, it had
to be a better choice than this one he thought. He
ran to the fence and let the bull pass through.
The door opened a third time. A smile came across his face.
This was the weakest bull he had ever seen. This one was his
bull, he said to himself. As the bull came running by,
he positioned himself just right and jumped at just
the exact moment. He threw his hands to grab.....
But alas..... The bull had no tail.
Moral: Life is full of opportunities.
Always grab the first one.
Autor : Unknown
A young man wished to marry the farmer's beautiful daughter.
He went to the farmer to ask his permission. The farmer looked
at him and said, "Son, gostand out in that field. I'm going
to release three bulls, one at a time. If you can catch the
tail of any one of the three bulls, you can marry my daughter."
The young man stood in the field awaiting the first bull.
The barn door opened and out came the biggest, meanest looking
bull he had ever seen.. He decided that one of the next bulls
had to be a better choice than this one, so he ran over to the
side and let the bull pass through.
The barn door opened again. Unbelievable. He had never seen
anything so big and fierce in his life. It stood pawing the
ground, it eyed him. Whatever the next bull was like, it had
to be a better choice than this one he thought. He
ran to the fence and let the bull pass through.
The door opened a third time. A smile came across his face.
This was the weakest bull he had ever seen. This one was his
bull, he said to himself. As the bull came running by,
he positioned himself just right and jumped at just
the exact moment. He threw his hands to grab.....
But alas..... The bull had no tail.
Moral: Life is full of opportunities.
Always grab the first one.
Sunday, December 6, 2009
Penawar Demam Denggi
Sudah dua hari anak saya dirawat di hospital kerana demam denggi. Sepanjang dua hari tu, rasanya pesakit yang mengidap demam tu silih berganti saja. Katil di wad sentiasa penuh setiap masa. Ada seorang jiran katil anak saya tu, sudahlah tangan kirinya patah dan bersimen akibat terjatuh waktu kerja, tangan kanannya pula kena cucuk masuk air garam akibat demam denggi. Seorang lagi tu, mata pula lepas operasi akibat terjatuh motor, kena juga demam denggi. Inilah dikatakan 'sudah jatuh ditimpa denggi"
Petikan dari Wikipedia
Demam Denggi merupakan sejenis penyakit yang disebabkan oleh jangkitan virus Denggi (genus Flavivirus) yang disebar oleh nyamuk Aedes betina. Cara penyebarannya ialah melalui gigitan nyamuk aedes orang yang berpenyakit virus denggi kepada orang yang sihat. Terdapat dua jenis denggi yang paling berat iaitu Demam Hemoragik Denggi (DHF) dan Sindrom Kejutan Denggi (DSS).
Virus Denggi akan terpendam di dalam badan pesakit selama 3 - 14 hari (purata 4 hingga 6 hari) sebelum menunjukkan tanda-tanda. Pesakit mungkin akan mengalami demam mengejut diikuti dengan berbagai-bagai tanda dan gejala tidak khusus.
Denggi dan denggi berdarah merupakan penyakit febril akut (acute febrile), dijumpai di kawasan tropika, dengan taburan geografi serupa dengan malaria. Disebabkan oleh satu daripada empat virus serotype yang berkait rapat dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae, setiap serotype cukup berbeza menjadikan tiadanya perlindungan bertindan (cross-protection) dan wabak denggi yang disebabkan oleh pelbagai serotype (hyperendemicity) boleh berlaku. Denggi disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti (hanya kadang-kala oleh Aedes albopictus).
Tanda-tanda demam denggi
Demam denggi bermula dengan demam mengejut, dengan sakit kepala teruk, sakit di belakang bebola mata, sakit sendi dan otot (myalgias dan arthralgias, sakit pinggang yang teruk menyebabkan ia juga digelar demam tulang-pecah - break-bone fever) dan gatal-gatal. Ciri-ciri keradangan demam denggi adalah bnintik-bintik merah terang, dan biasanya muncul di anggota bahagian bawah - pada sesetengah pesakit, ia merebak hampir kepada keseluruhan tubuh. Tanda pada kulit yang klasik ialah seluruh kulit tubuh bertukar kemerahan diselangi dengan tompok-tompok kulit warna yang normal (island of white in a sea of red). Kemungkinannya terdapat gastritis dengan gabungan sakit perut, mual, muntah atau cirit-cirit. Pesakit juga boleh mendapat radang hati, radang otak (lebih pada kanak-kanak) dan juga dalam kes luarbiasa radang otot jantung (cardiomyopathy).
Sepanjang dua hari itu juga berbagai topik mengenai demam ini yang saya dengar dari pesakit-pesakit itu sendiri di antaranya ubat penawarnya.Ini ubatnya cubalah, Insya Allah demam lekas sembuh dengan izin Allah juga.
1. Daun Betik.
Ambil daun betik,dikisar hingga halus dan perah airnya. Campur sedikit air masak dan diberikan minum kepada pesakit.
2. Ketam Bunga.
Ambil isi ketam bunga dan dibuat sup. Berikan pada pesakit.
Sekian untuk hari ini. Selamat mencuba.
Akhir cerita
Akhir cerita
bintang yang ku tunjuk
cahayanya perlahan berubah kelam
hancur jatuh berantakan
padahal belum sempat ku utarakan
sajak-sajak cinta yang tercipta karenanya
taman langit seolah suram
petang tak benderang
tak membuat hatiku berteman.,
bintang hati telah lebur terganti
namun tiada arti
sajak ku suram tak ada setitik terang
mungkin inikah akhir cerita cinta
di tengah malam terhias purnama
menyatu dalam angin melantun pilu
purnama itu terluka,
bercucur air mata di tahan dengan senyum
sayup merekat dengan cinta
dalam pertemuan di iringi sepatah kata
“ini yang terbaik” bisikmu
daun menari sendu
angin melantun pilu
perpisahan memang harus tercipta
malam merapat pulang
di tengah sesal jalan ku kini terkikis kelam.
Oleh:trie
Saat Aku Melihatmu
Saat kali pertama ku melihatmu
Ku rasakan hadirnya cinta di hati ini
Ku tak tau mengapa inikan terjadi
bayang wajahmu tak pernah menyepi
Saat ini yang ku rasa
Bahagianya diriku jika bersamamu
Ingin rasanya ku menghembuskan puisi cinta di telingamu
Di iringi bayu semilir pagi lembut merayu
Setelahku tahu
Tak mungkin cinta ku bertemu
Kerana dirimu telah berpunya
Entah apa yang ada di hati ini
Selain menginginkan engkau selalu ada buat ku
Selalu ada di saat ku suka dan duka
Saat airmataku membasahi pipi
Harap kaulah yang akan mengeringkan
Harap kaulah yang memujuk diri ini
Untuk selalu sabar dan tawakkal selalu
Mengapakah kita harus jumpa
Setelah dirimu telah berpunya
Menyemai kasih tersalah bicara
Berdosakah kiranya dirimu terus ku puja
Ku tau hati mu tak harus ku memiliki
Ku tahu rindu mu tak harus ada di hati
Biarlah saat indah ini ku jadikan memori
Kan ku bawa kau dalam angan cintaku
Kerana senyumanmu sebenarnya ..
Telah mengusik hati ini
©carleadbest
cameroon highland, Dec’09
Subscribe to:
Posts (Atom)